Judulnya sih jalan-jalan malam menikmati jogja di Prawirotaman yang penuh turis. Ternyata Prawirotaman bukan hanya sekedar jalanan yang penuh dengan coffe shop semata namun juga menyimpan sejarah di dalamnya. prawirotaman adalah sebuah kampung sejak abad ke-19 saat seorang bangsawan bernama Prawirotomo yang diberi hadiah sepetak tanah dari keraton. Tahun 60 an berjaya dengan usaha batiknya dan tahun 70 an banting stir ke usaha penginapan. Pada saat itulah Prawirotaman terkenal sebagai kampung turis. 

Aku dan teman-teman sih tujuan utamanya mau jajan gelato di “Tempo Gelato” yang ternyata ramenya luar biasa sampe antri di parkiran motor. Mungkin karena long weekend ya? Tapi walo antri kami tetep memutuskan untuk beli karena aku pengen sekali dan lama nggak makan di tempo gelato. Sistemnya antri dulu di kasir yang mengular itu, ada gelato versi cone dan cup. Untuk cone harganya 35k dan untuk cup macam-macam mulai dari 30k, 50k, 75k, dan 125k. Setelah bayar kita antri lagi untuk di ambilin gelatonya pake nomor antrian karena antrinya panjang bisa sambil pilih-pilih dulu karena variannya banyak powl.

Setelah ngadem minum gelato (yang aslinya panas powl karena penuh manusia) kami lanjut jalan-jalan menikmati suasana malam di Prawirotaman. Menyusuri gang dan melihat hiruk pikuk turis yang berlalu lalang. Di kanan dan kiri banyak sekali coffe shop berjejer, juga resto-resto dengan menu indo maupun internasional. Sesekali kami juga mampir ke artshop untuk melihat berbagai pernak-pernik yang lucu dan gemas. Ya window shopping aja ya bund hehe.

Kami jalan terus sampai ke bagian ujung gang yang sepi untuk pergi makan pizza di nanamia. Omg ini pizza yang dulu pas jaman kuliah kalo makan harus nunggu punya  duit dulu. Capek banget jalan ke toko pizza ini karena jauh sekali ampe encok kaki kami berempat. Pas udah nyampe tempatnya full tapi untungnya kami masih dapet tempat duduk walau antri pizza nya lumayan lama.

Kami pesan 2 loyang pizza large untuk makan berempat. Sejujurnya aku lebih suka model pizza italia seperti di nanamia ini karena pizza nya tipis jadi enggak eneg sama sekali. Kalo pizza hut dan dominoz itu tebel bikin eneg dan cepet penuh di perut. Pilihan topping di nanamia juga banyak sekali. Selain pizza juga ada pasta, salad, menu pendamping, dan aneka minuman. Makan lah sambil ngobrol ngalor ngidul ngomongin trip selanjutnya.

Selesai makan langsung bayar dan kami order gocar aja balik ke tempo gelato untuk ambil motor. Maklum bu udah remaja jompo umur 30+ haha. Makin malam bukannya sepi tapi malah makin rame nih jalan. Tapi kami pulang aja karena lelah fisik kwkwk..

Sekian cerita randomku di Prawirotaman jogja. Coba deh kalo ke jogja kesini jangan cuma ke malioboro aja.

Namanya Rumah Pesik, dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Rudy J. Persik. Rumah ini memiliki warna yang sangat mencolok, iya warna hijau terang seperti layar green screen hehe. Perpaduan arsitektur bangunan khas Jawa dan Eropa. Dari luar aja udah keliatan menonjol diantara rumah-rumah lainnya dan ternyata di dalemnya jauh lebih heboh lho. Beralamatkan di Jl. Mondorakan Gg. Soka 3B, Kotagede, Yogyakarta. 

Beberapa kali lewat gang ini tapi nggak ada tanda-tanda kalo rumah ini buka untuk umum.  Kebetulan kemarin jalan lagi ke Kotagede dan rumahnya rame anak-anak sekolah pada foto-foto trus di depan gerbang ada menu minuman jadi kami memutuskan iseng aja untuk belok. Ternyata rumahnya di jadikan cafe yang seru untuk kita coba. Pas aku tanya ke kasir katanya sudah lama buka kok. Aku terakhir kesini tahun 2021 pas masa pandemi jadi waktu itu tutup gara-gara covid. 

Rumah Pesik tidak hanya satu bangunan saja ternyata di dalamnya terdiri dari beberapa bangunan. Di setiap sudutnya kita akan di suguhi dengan keindahan arsitektur bangunannya serta berbagai ornamennya yang unik. Begitu memasuki pintu gerbang kita langsung bisa melihat berbagai patung koleksi pemilik. Di tengah taman terdapat air mancur seperti berada di rumah bangsawan eropa. Saking banyaknya koleksi di rumah tersebut aku sampe gabisa deskripsikan satu persatu karena semuanya bagus dan unik.

Cafenya bernama Kopi Kamu, buka pukul 14.00 siang sedangkan kami datang pukul 11.00 jadi yang tersedia hanya minuman varian teh saja tapi gapapa kami sudah cukup puas. Saat pesan minuman kasir juga menawarkan untuk masuk museum dengan htm 25k/orang. Katanya isinya koleksi patung, keris, dll. Aku menolak karena di luar saja sudah banyak sekali koleksinya aku pikir sudah cukup deh. Untuk tempat duduk bebas boleh duduk dimana saja, dan kami memilih duduk di lantai 2 sambil menikmati pemandangan dari atas.

Sembari menunggu pesanan kami berkeliling terlebih dahulu dan sekedar mengambil foto untuk kenang-kenangan. Koleksinya banyak macamnya mulai dari patung budha, berbagai jenis kaca, wayang, perabotan kuno, perahu kayu, keris, dll. Bahkan saat itu ada juga sejoli yang sedang pre-wedding juga. Tempatnya relatif sepi mungkin karena masih belum jam buka atau emang karena berada di dalem gang sempit jadi gak semua orang tau yaa?

Oiya termyata rumah ini juga di jadikan hotel lho. Katanya ada beberapa orang penting sempat menginap disini seperti Lech Walesa yaitu mantan Presiden Polandia tahun 1990-1995 dan penerima nobel perdamaian tahun 1993. Kagetnya harga kamarnya mahal powl bisa di lihat di beberapa aplikasi booking hotel. 

Setelah lelah berkeliling kami duduk-duduk di atas minum es sambil menikmati pemandangan Kotagede yang cerah. Rumah Pesik bisa menjadi salah satu destinasi di jogja terutama saat teman-teman sedang eksplor keindahan gang-gang vintage di Kotagede. 

Siapa yang kalo mengunjungi suatu kota selalu penasaran dengan museum yang ada di kota tersebut? Tak jauh dari Kota Yogyakarta ada satu museum yang unik dan menarik untuk di kunjungi. Berjarak kurang lebih satu kilometer masuk ke barat dari gerbang utama sentra gerabah kasongan. Terletak di Padukuhan Kajen, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY.

Didirikan oleh seorang seniman kelahiran Kasongan bernama Timbul Raharjo yang juga merupakan mantan Rektor ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta. Berdiri di atas lahan seluas 2.000 meter persegi, museum ini membutuhkan waktu pembangunan hingga tiga tahun lamanya. Peresmiannya sendiri dilakukan pada 8 november 2023. Museum ini merupakan impian pak timbul untuk mengabadikan dan memperkenalkan Desa Wisata Kasongan sebagai sentra industri gerabah.

Bangunan di dalam museum ini terpisah-pisah jadi terdiri dari bangunan kasir, beberapa bangunan area tempat makan, area workshop, area finishing, mushola, kantor, museum, dapur cafe, dan toilet. Keseluruhan bangunan seirama berwarna terakota seperti tanah liat. Estetik banget sih sebagai pembeda fungsi antar bangunan, cuma kalo lagi hujan sih pasti repot kalo mau berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain.

Begitu memasuki area parkir pengunjung langsung bisa melihat bangunan pertama yang serupa dengan tungku pembakaran tradisional besar yang menjadi fasad museum ini. Pada bagian luar bangunan tertempel kereweng memenuhi seluruh bangunan yang menambah kesan estetik. Di dalam bangunan berbentuk tungku ini merupakan pintu masuk utama yang berisi meja receptionist, meja kasir, dan beberapa gerabah berbentuk karakter yang di jual. Pada bagian atap bangunan ini juga sangat unik karena terdapat susunan aneka pot gerabah yang di cat warna-warni. Cantik sekali.

Pada bagian kanan dan kirinya terdapat bangunan yang hampir mirip bentuknya digunakan sebagai tempat makan. Kami melilih duduk di dalam sini karena lebih privat dan jaga-jaga kalo misalnya tiba-tiba hujan jadi ga repot harus ngungsi ke dalam lagi hehe. Pada bagian luar bangunan pun juga penuh tertempel kereweng yang menambah kesan estetik. 

Museum ini gratis tapi ada minimal order untuk pesan makanan atau minuman di cafenya yaitu 25k/orang dan boleh di akumulasi jumlahnya kalo datengnya rame-rame. Kami datang bertiga pada awalnya jadi boleh pesan makanan-minuman dengan minimal order 75k. Waktu itu cuma pesan beberapa minuman dan gelato. Rasanya? Ya standart ajasih rasa di cafe pada umumnya. 

Sembari menunggu pesanan datang, kami menyempatkan untuk masuk ke dalam museum melihat berbagai koleksi di dalamnya. Koleksinya macam-macam sih ada terakota berbentuk hewan, alat-alat memasak, terakota berwarna berbentuk manusia, beberapa lukisan juga tertempel di dindingnya. Terdapat replika kuda, kerbau, juga singa yang berbahan alumunium.

Di bagian tengah bangunan terdepat center of point berupa bangunan berbentuk kuali terbalik yang sangat besar. Di dalamnya terdapat kursi dan meja makan untuk tamu. Bangunannya sangat besar dan tinggi sehingga menimbulkan kesan yang megah.

Selain berupa museum dan cafe, tempat ini juga menawarkan kegiatan workshop untuk membuat gerabah. Kebetulan waktu kami datang ada beberapa peserta yang sedang ikut workshop. Untuk harganya berapa nih aku cantumin di foto aja soalnya ada yang paket pelajar juga.

Kalo udah selesai dari sini temen-temen juga bisa lho berkeliling area kasongan untuk melihat-lihat sentra industri gerabah rumahan. Banyak toko-toko yang menjual berbagai gerabah hasil seniman kasongan. Macem-macem mulai dari pot lucu, alat-alat masak, perintilan rumah estetik, patung-patungan, bahkan sampai bak mandi pun ada. Hati-hati kalap ya ibu-ibu hehehe…