TRADISI MALAM LIKURAN DI GRESIK
Gresik sebagai salah satu kota yang terkenal dan kental dengan agama islam pasti banyak memiliki tradisi yang tidak bisa lepas dari pengaruh islam. Jadinya banyak tradisi-tradisi di Gresik di latar belakangi oleh nafas islami. Beberapa tradisi di gresik muncul pada Bulan Ramadhan tiba, pernah aku tulis juga kalo sebelum Ramadhan tiba biasanya masyarakat Gresik melakukan tradisi bernama padusan. Link Tradisi Padusan di Gresik: https://www.teman-jalan.com/2021/04/tradisi-padusan-di-makam-tlogopojok.html
Selain itu juga terdapat tradisi yang terkenal di Gresik yaitu Tradisi Malam Likuran. Tradisi Malam Likuran adalah tradisi yang muncul dan selalu dilaksanakan mulai malam 21 Bulan Ramadhan hingga menjelang Idul Fitri tiba. Tradisi ini muncul karena beberapa alasan yaitu sebagai penanda bahwa sudah memasuki malam likuran Bulan Ramadhan, sebagai momen pengingat untuk mendapatkan malam Lailatul Qodar, sebagai kegiatan untuk menyiapkan hari Raya Idul Fitri, dan sebagai kegiatan untuk melestarikan tradisi turun-temurun yang dilaksanakan dari jaman Sunan.
Nah, tradisi malam likuran ini dilaksanakan secara berurutan jadi baca uraian dibawah:
1. Tradisi Gedundangan/Kedundangan
Di Kelurahan Lumpur, Gresik, terdapat suatu tradisi yang mengingatkan kita bahwa puasa sudah memasuki malam sepertiga terakhir Ramadhan atau malam likuran. Tradisi ini bernama Gedundangan/Kedundangan. Biasanya mulai sore setelah ashar anak-anak berkumpul di masjid dan membawa alat-alat musik berupa terbangan/rebana dan jidor (kotak amal). Selain membawa alat musik tersebut anak-anak juga membawa kotak amal.
Setelah sholat ashar selesai anak-anak langsung berkeliling kampung ke rumah-rumah warga dan toko untuk menarik amal dan dimasukan kedalam kotak. Mereka biasanya berkeliling di sekitar Lumpur, Kroman, Kemuteran, Trate, dan sampai Alun-alun pada waktu menjelang maghrib atau berbuka puasa.
Gedundangan/Kedundangan ini dilaksanakan pada malam 21 hingga malam ke 30 Ramadhan. gedundangan/Kedundangan dilaksanakan untuk mengingatkan bahwa puasa sudah masuk malam likuran dan saatnya meningkatkan ibadah untuk mendapatkan malam Lailatul Qodar.
Waktu itu aku dateng pas sore malam ke 21 yang mengadakan itu Masjid Karomah Lumpur. Anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok gitu dan nyebar menyusuri kampung bawa kotak amal. Beberapa anak-anak seneng sekali di foto tapi banyak juga yang malu-malu jadi pas di foto malah lari hahaha..
Besoknya giliran masjid-masjid lain yang ngadain Kedundangan/Gedundangan hingga malam terakhir bulan Ramadhan.
2. Tradisi Sanggring Gumeno
Tradisi Sanggring Gumeno ini adalah tradisi yang dilaksanakan di Majid Sunan Dalem, Desa Gumeno, Kec.Manyar, Kab.Gresik. Tradisi Sanggring Gumeno dilaksanakan pada malam ke 23 bulan Ramadhan, dengan memasak dan berbuka puasa dengan Kolak Ayam. Tulisan mengenai Sanggring Gumeno ini sudah aku tulis di segmen tersendiri sebelumnya, jadi aku kasih link nya aja ya untuk baca lebih lanjut dan detailnya.
Link: https://www.teman-jalan.com/2021/05/tradisi-kolak-ayam-sanggring-gumeno.html
3. Tradisi Malam Selawe
Tradisi Malam Selawe merupakan salah satu tradisi pada malam ke-25 bulan Ramadhan yang menandakan perburuan malam Lailatul Qodar. Malam Selawe dilaksanakan di Makam Sunan Giri hingga ke halaman parkir dan sepanjang Jalan Sunan Giri hingga Jalan Sunan Prapen.
Pada hakekatnya Malam Selawe itu adalah ziarah ke makam Sunan Giri pada malam ke-25 Ramadhan. Namun, kalau ada keramaian di Gresik pasti ada pasar malam dan penjual-penjual dadakan. Jadi Malam Selawe sekarang sudah mengalami pergesaran makna dari malam untuk berziarah menjadi pasar malam. Banyak para pedagang, mulai dari makanan dan minuman, kopyah, baju, mainan anak, jajanan tradisional, dll. Momen ini juga dipergunakan masyarakat untuk berbelanja menyambut datangnya idul fitri.
Biasanya peziarah yang datang tidak hanya dari Gresik saja tapi juga dari luar Gresik yaitu Lamongan, Surabaya, Tuban, Surabaya, dll.
Tahun 2020, Malam Selawe tidak ada karena area Makam sunan Giri ditutup. Pada tahun 2021 ini Makam Sunan Giri dibuka dan diikuti dengan banyak penjual yang buka lapak. Kata orang-orang Malam Selawe tahun 2021 ini tidak serame seperti Malam Selawe sebelum terjadi wabah. Sebelumnya Malam Selawe rame banget bahkan katanya jalan aja sampe susah saking banyaknya pedagang dan pengunjung.
Tahun 2021 ini Malam Selawe cenderung sepi tapi ya masih banyak juga masyarakat yang datang ziarah dan pulangnya mampir belanja.
4. Tradisi Pasar Bandeng
Sejarah munculnya Tradisi Pasar Bandeng ini ada beberapa versi. Versi pertama yaitu adanya kegiatan pulang kampung pada saat itu, tidak terkecuali untuk para santri Sunan Giri. Biasanya orang mudik ke kampung halaman masing-masing akan membawa oleh-oleh khas dari tempat merantau ke kampung halaman. Sama halnya dengan Santri Sunan Giri juga pulang dengan membawa oleh-oleh khas dari Gresik yaitu Ikan Bandeng. Karena Ikan Bandeng merupakan salah satu komoditi khas Gresik dengan adanya banyak tambak yang tersebar di seluruh wilayah Gresik.
Versi kedua yaitu tradisi ini ada sejak Syekh Djalaluddin atau Buyut Senggulu yang juga masih keturunan dari Sunan Giri. Syekh Djalaluddin ini merupakan seorang pendakwah yang menyebarkan agama Islam di daerah Trate. Beliau mempunyai tiga orang putri bernama nyai Werugil, nyai Anger dan Nyai Mas. Salah satu putri Syekh Djalaluddin yang bernama Nyai Mas menikah dengan salah satu putra keturunan kerajaan Islam Palembang bernama Kyai Qomis. Karena kedekatan antara kedua keluarga sangat erat, setiap tahun menjelang lebaran keluarga Kyai Qomis yang dari Palembang datang ke Gresik dengan membawa banyak orang. Karena banyaknya orang yang datang inilah masyarakat Gresik memanfaatkannya untuk berjualan Bandeng (Sumber: gresik.info)
Tujuan diadakannya Pasar Bandeng adalah karena perwujudan rasa syukur masyarakat karena sudah menjalani ibadah puasa dan untuk menyambut datangnya hari raya idul fitri. Katanya orang Gresik itu nggak lebaran kalo nggak ada Ikan Bandeng. Selain itu kegiatan Pasar Bandeng juga dilaksanakan untuk melaksanakan tradisi yang sudah turun temurun dijalankan dan untuk ditunjukan ke masyarakat luas bahwa warga Gresik memiliki keahlian sebagai petambak bandeng yang bagus.
Kalo jaman dulu katanya orang-orang pesisir dan petambak itu nggak punya uang sedangkan yang mereka punya adalah ikan bandeng. Menjelang idul fitri tiba biasanya mereka membawa hasil bandeng mereka dan menukarkan dengan kebutuhan untuk idul fitri seperti pakaian, sembako, dll.
Daaaaaaan, kalo ada keramaian di Gresik pasti dibarengi dengan munculnya pasar malam. Tidak terkecuali dengan momen Tradisi Pasar Bandeng yang di barengi pula dengan adanya pasar malam. Banyak masyarakat yang langsung buka lapak jualan mereka berjejer gitu. Haha..
Oiyaaaa, untuk tahun ini acara Pasar Bandeng dibuat berbeda karena adanya pandemi. Pasar Bandeng tetap dilaksanakan namun dipecah di 10 lokasi titik di setiap kecamatan di Gresik. Mungkin untuk mengurangi kerumunan ya. Di setiap lokasi didirikan stand dan panggung gembira. Stand tersebut untuk penjual bandeng dan berjualan para UMKM.
Jadinya acara pasar bandeng yang biasanya rame di sepanjang pasar Gresik sekarang jadi sepi. Sedihnya waktu itu yang jual bandeng di depan pasar Gresik itu cuman satu apa dua orang aja ya. Padahal pengen tau momen-momen ramenya pasar bandeng hehe. Bahkan lelang bandeng dilaksanakan secara virtual waktu itu.
Jadi itu 4 jenis tradisi di Gresik yang selalu dilaksanakan setiap tahunnya pada saat malam likuran Bulan Ramadhan. Semoga tahun depan kita masih bisa bertemu dan menyambut Bulan Ramadhan dengan suka cita. Semoga banyak hal baik, pengalaman, dan kebahagiaan, yang datang di tahun depan. Amin.. See you di cerita teman jalan selanjutnya.
2 Comments
Wah, jadi pengen ke gresik lagi
ReplyDeleteMba kalau mau ke Gresik, menguji adrenalin gak jalannya?
ReplyDelete